Dolar dan Minyak Naik, Pemerintah Harus Waspada
![]() |
Harga minyak dunia naik signifikan, sementara nilai tukar rupiah turun. |
Angka tersebut melampaui harga minyak mentah pada November 2014 silam yang mana kala itu harganya menyentuh angka 85 dolar AS per barelnya.
Kenaikan harga minyak mentah tersebut akibat sanksi AS terhadap Iran serta adanya kesepakatan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).Perjanjian ini disebut-sebut mengangkat prospek perekonomian negara-negara Amerika Utara.
Imbas dari keadaan itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (2/10) ditutup melemah menembuh level Rp15.000 per dolar AS-nya. Rupiah ditutup pada level Rp.15.042 per dolar AS pada penutupan pasar Selasa ini.
Kondisi ini seharusnya sudah harus disikapi serius oleh pemerintah. Apalagi kondisi dalam negeri belum mendukung pertumbuhan ekonomi lantaran berbagai persoalan yang ada.
![]() |
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. (Foto: Tempo) |
"(Dolar 15 ribu?) Tidak apa-apa. Dolar AS sentuh Rp 15.000, naiknya bertahap tetapi kita harus lihat itu utuh tidak boleh satu. Jadi itu mungkin real value daripada Rupiah itu," kata Menko Luhut saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Selasa (2/10/2018).
"Jadi Rp 15.000 tidak apa-apa juga. Inflasi kita jalan tidak? Ekonomi kita bagus tidak? Ya sudah. Kalau inflasi kita ikut jelek ya kita ikut khawatir ya," tambah Luhut.
Depresiasi nilai tukar rupiah saat ini, kata Luhut, tidak hanya dirasakan oleh Indonesia saja. Ia menilai, pergerakan ekonomi dunia saat ini tengah mengalami perlambatan akibat dari kebijakan Amerika Serikat (AS).
Ia menandaskan, yang terpenting saat ini adalah bukan pada persoalan pelemahan nilai tukar rupiah. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah apabila harga minyak dunia naik.
"Yang perlu kita waspadai harga minyak ini kalau naik 80-90 dolar AS itu apa yang harus kita lakukan. Ya lihat saja sekarang sedang kami hitung dengan cermat," kata dia.(BW)
Tidak ada komentar